<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d37849578\x26blogName\x3dVeritas+of+Islam\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://pasukanbadar.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_GB\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://pasukanbadar.blogspot.com/\x26vt\x3d3901965244543772544', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Friday, December 01, 2006

Target #1 : Kenali Kekeliruan Tasawuf

Konteks awal berdirinya tasawuf itu sendiri dilatar belakangi oleh perkembangan politik di dalam Islam. Dalam konteks ini kita tidak bermaksud berbicara politik. Budaya Parsi (yaitu Zoroaster) diadopsi. Substansi penekanan Zoroaster terletak pada olah jiwa. Pola ini di coba diterapkan dalam ajaran Islam oleh kelompok kelompok tertentu yang hidup jauh sesudah Rasullulah hidup. Sebetulnya pola ini baik untuk diterapkan dalam konteks bonum publicum yaitu 'suatu kebaikan bersama' ada didalam ada bersama dengan sesama dalam konteks kenal diri.

Ajaran tasauf awal masih bisa dibilang bahwa mereka sedikit murni atau bersih. Tetapi sesudah tokoh tokoh tasawuf 'angkatan pertama' meninggal dunia. Mulai ada perubahan perubahan yang sangat signifikan. Sebagaimana kita lihat di Indonesia misalnya inkulturasi budaya seperti di Aceh misalnya kita kenal ada tokoh Hamzah Fanshury. Kemudian di Jawa kita kenal ada tokoh Wali Songo atau Wali Sembilan. Disini saya melihat seperti ada pendangkalan aqidah yang sangat luar biasa seperti persoalan hulul, misalnya.

Prinsip aqidah Islamiyah, harus ada olah bathin dan olah fisik. Tasawuf dalam norma relatif adalah sekelompok orang yang menjauhkan dirinya dari proses keduniaan, menyendiri dan mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Dalam norma kausilitas, adalah orang yang mencari Allah. Dalam konteks kausilitas, kita mengenal adanya tokoh tokoh tertentu yang menjadi mursyid atau di mursyidkan. Mengangkat seseorang menjadi mursyid sudah sangat bertentangan dengan Prinsip aqidah Islamiyah. Mursyid dalam konteks ini adalah jembatan untuk mengantar murid kepada Allah.

Dalam hal ini, Tasawuf tidak ada bedanya dengan ajaran Kristen (Nasrani). Tidak ada perbedaan. Hanya kemasannya aja yang berbeda.

Dalam norma relativisme, tasawuf itu sendiri 'kalau mau jujur' berciri gnostic.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home